Budaya Zaman Bercocok Tanam
Masyarakat masa bercocok tanam sudah memperhatikan tentang kesenian
misalnya ditemukannya kulit kerang yang digunakan sebagai kalung,
gelang-gelang dari batu indah dan manik-manik. Di dalam gua-gua yang
menjadi tempat tinggal mereka ditemukan lukisan-lukisan dengan beberapa
warna. Hasrat untuk mengekspresikan keindahan muncul ketika manusia
mulai menetap sementara di goa-goa. Ekspresi keindahan itu dituangkan
dalam bentuk seni lukis dengan media dinding-dinding goa atau permukaan
batu. Ketika manusia sudah mulai hidup menetap, ekspresi keindahan
bertambah variasinya. Seiring dengan perkembangan teknik tuang logam dan
pembuatan gerabah, dalam aspek seni muncul seni lukis dalam bentuk
relief dan seni patung.
Relief sebenarnya merupakan penegasan dari seni lukis dengan media
permukaan batu, seni patung diwujudkan dalam bentuk patung menhir atau
patung-patung megalitik (batu besar) lainnya. Aspek lain yang terkandung
dalam seni rupa itu adalah nilai-nilai magis-religius. Oleh karena itu,
gaya penampilan seninya juga dipengaruhi oleh latar belakang
kepercayaan senimannya. Hal itu terlihat jelas pada seni rupa masa
protosejarah yang kurang memperhatikan segi anatomis dan proporsi. Seni
pada waktu itu lebih ditekankan pada segi simbolisnya.
Untuk memperoleh gambaran mengenai seni rupa pada masa proto-sejarah,
berikut ini diuraikan hasil-hasil seni rupa seperti seni lukis, seni
patung, dan seni kerajinan. Kegiatan seni melukis berupa lukisan di
dinding-dinding goa atau dinding-dinding karang sudah dilakukan oleh
manusia sejak masa berburu dan meramu. Hal itu terbukti dari
temuan-temuan di Prancis, Afrika, India, Thailand, dan Australia.
Kegiatan seni lukis di Indonesia diperkirakan sudah ada sejak masa
berburu dan meramu tingkat lanjut. Bukti mengenai hal itu ditemukan di
Sulawesi Selatan, Kepulauan Maluku, dan di Irian Jaya.
Di Leang Pattae, di Sulawesi Selatan juga ditemukan lukisan di dinding
goa. Bentuk lukisannya berupa cap-cap tangan dengan latar belakang cat
merah dan seekor babi rusa yang sedang melompat dengan panah menancap
dijantungnya. Kebanyakan bentuk lukisan di goa-goa di Sulawesi Selatan
ini berupa cap-cap tangan, baik dengan jari lengkap maupun tidak, dan
babi rusa. Sementara itu, di goa-goa di Pulau Muna, daerah Sulawesi
Tengah, bentuk lukisan yang ditemukan beraneka ragam, misalnya ada
manusia menunggang kuda, memegang tombak atau pedang, kuda, rusa,
anjing, buaya, matahari, dan perahu layar. Warna lukisannya didominasi
warna cokelat.
Di Maluku juga ditemukan lukisan-lukisan di dinding goa dan batu karang,
berwarna merah dan putih wujudnya cap tangan, kadal, manusia dengan
membawa perisai berwarna merah, lukisan burung, dan perahu berwarna
putih. Selain itu, dijumpai pula lukisan manusia sedang menari dan
berkelahi, manusia bertopeng, atau lukisan wajah.
Di Irian Jaya ada lukisan di dinding goa dan karang. Pada umunya
lukisanlukisan yang ditemukan di Irian Jaya mirip dengan lukisan-lukisan
yang ditemukan di Pulau Kei daerah Maluku. Bentuknya juga beraneka
ragam, seperti cap tangan, orang, ikan, perahu, binatang melata, dan cap
kaki. Selain itu, terdapat juga lukisan abstrak seperti garis-garis
lengkung atau garis-garis lingkaran.
Seni relief ditemukan pada dinding kubur megalitik, seperti sarkofagus
atau dolmen. Di Jawa sarkofagus dan dolmen yangn memiliki relief
ditemukan di Tegal Ampel di Bondowoso, Jawa Timur, dan Tegalang-Bali.
Objek lukisan relief tersebut berbentuk manusia, binatang, dan pola-pola
geometris. Di antara ketiga obyek itu agaknya obyek manusia yang paling
banyak dilukiskan. Contohnya relief yang terdapat di sarkofagus yang
ditemukan di Bondowoso dan di Bali. Relief yang terdapat di Bondowoso
terdiri dari lima manusia dan binatang. Selain daripada itu, objek
lukisan berupa manusia juga terdapat pada tutup dolmen yang ditemukan di
desa Tlogosari, Bondowoso.
Seni patung baik patung dari batu maupun patung dari perunggu umumnya
berupa figur manusia dan binatang. Patung batu pada masa itu dibuat
dengan teknik pahat sederhana yang pahatannya dilakukan pada
bagianbagian tertentu saja, yaitu muka atau tangan. Kesederhanaan itu
juga tampak pada penggarapannya yang agak kasar dan terkesan kaku. Hal
ini dapat dipahami karena latar belakang pembuatan patung pada masa itu,
adalah untuk pemujaan nenek moyang dan patungnya sendiri ditempatkan di
dekat kubur.
Patung-patung manusia ini ditemukan di Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
Patung yang ditemukan di Cirebon, Gunung Kidul, dan patung yang
ditemukan di Bada, Sulawesi Tengah, berupa batu besar yang bagian
atasnya dipahat sehingga berbentuk muka manusia. Patung-patung batu
dengan obyek sederhana, hanya bagian atas yang mengalami pengerjaan,
sedangkan bagian bawah dibiarkan polos atau bagian kaki sengaja tidak
dipahat. Bagian bawah patung yang berbentuk meruncing itu, dimaksudkan
untuk mempermudah ditancapkan ke dalam tanah.
Sumber:
http://adalobang.blogspot.com/2013/10/budaya-zaman-bercocok-tanam.html
No comments:
Post a Comment