Friday, October 10, 2014

Menengok kehidupan prasejarah di Leang-leang

Menengok kehidupan prasejarah di Leang-leang









Kawasan Leang-leang berada di perbukitan cadas (karst) yang memiliki ratusan gua serta sejumlah lukisan dan peninggalan manusia prasejarah yang menghuni gua tersebut pada tahun 5.000 SM.
Akses masuk ke Gua Pettae yang menyimpan bukti peradaban yang berusia 5.000 tahun. (FOTO: ANTARA/Dewi Fajriani)
Akses masuk ke Gua Pettae yang menyimpan bukti peradaban yang berusia 5.000 tahun. (FOTO: ANTARA/Dewi Fajriani)

Di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, terdapat objek wisata sejarah yang merupakan peninggalan arkeologis yang berharga. Namanya Taman Prasejarah Leang-leang. Leang dalam bahasa lokal berarti gua. Dinamakan demikian sebab banyak sekali gua yang terdapat di taman ini. Di dalam gua-gua tersebut tersimpan lukisan dinding dan perkakas manusia purba.

Leang-leang merupakan bagian dari ratusan gua-gua prasejarah yang ada di kawasan perbukitan karst Maros-Pangkep. Dua arkeolog berkebangsaan Belanda adalah yang pertama menemukan lukisan-lukisan dinding di Gua Pettae dan Petta Kere pada tahun 1950.

Lukisan yang terdapat di Gua Pettae berupa lima gambar telapak tangan, satu gambar babi rusa sedang loncat dengan anak panah di bagian dada. Sementara di mulut gua yang tingginya mencapai 8 meter dengan lebar 12 meter, terdapat alat serpih bilah, serta kulit kerang. Untuk mencapai gua ini ada 26 anak tangga yang harus ditapaki oleh wisatawan.
Lukisan prasejarah di salah satu dinding gua. (FOTO: sodventure.blogspot.com)

Gua Petta Kere yang lokasinya sekitar 300 meter dari Gua Pettae, memiliki semacam teras selebar hingga 2 meter. Di gua ini juga ditemukan dua gambar babi rusa, 27 gambar telapak tangan, alat serpih bilah, dan mata panah. Untuk mencapai gua ini, perlu usaha lebih dengan menapaki 64 anak tangga terlebih dahulu. Gua tersebut diperkirakan telah dihuni sejak sekitar tahun 8.000 – 3.000 SM.

Lukisan prasejarah tersebut menceritakan kehidupan sosial, seperti aktivitas harian dan sistem kepercayaan yang dianut saat itu. Sementara gambar telapak tangan diperkirakan sebagai cap tangan milik salah seorang anggota suku usai ritual potong jari. Ritual ini dilakukan sebagai tanda berduka atas kematian orang terdekatnya.
Wisatawan menyusuri taman prasejarah Leang-leang, Kel. Leang-leang, Kab. Maros Pangkep. (FOTO: ANTARA/Dewi Fajriani)
Wisatawan menyusuri taman prasejarah Leang-leang, Kel. Leang-leang, Kab. Maros Pangkep. (FOTO: ANTARA/Dewi Fajriani)

Warna merah terlihat mendominasi lukisan dinding tersebut. Diperkirakan pewarna yang digunakan terbuat dari bahan alami yang dapat meresap hingga ke dalam pori-pori batu dan dapat bertahan hingga ribuan tahun.

Untuk mencapai Taman Prasejarah Leang-leang, kita bisa berkendara dari pusat kota Makassar melalui Jalan Tol Reformasi, lalu ke arah Maros melalui Jalan Tol Ir.  Sutami. Dari sana, tinggal mengikuit papan petunjuk ke arah Bantimurung.


Sumber:
http://www.wego.co.id/berita/menengok-kehidupan-prasejarah-di-leang-leang/

No comments:

Post a Comment