Kelestarian Situs Lukisan Tertua Dunia di Maros Terancam
Gua-gua tempat lukisan itu berada, rentan terhadap perubahan lingkungan.
Kawasan karst Maros, Sulawesi, tempat ditemukannya lukisan tangan tertua,
diketahui sangat dekat dengan pemukiman warga dan pabrik. Bahkan di
dalam goa itu terkadang dimanfaatkan untuk kandang hewan ternak. Di
depan gua juga terdapat pesawahan serta pabrik semen dan marmer.
Kondisi itu, menurut pakar karst ITB Dr. Pindi Setiawan, tentu saja akan mengancam kelestarian situs arkeologi tersebut. Menurut dia, penduduk setempat sudah lama mengetahui keberadaan lukisan stensil tangan tersebut.
Untuk melindunginya, menurut Pindi, situs yang sudah jadi cagar budaya itu, akan diberi tanda dan dijaga oleh juru pelihara dari penduduk sekitar.
Namun demikian, masih tetap ada kendala yang harus dihadapi dalam menjaga kelestarian lukisan stensil tangan tertua di dunia itu, yakni perubahan lingkungan. Apalagi, gua-gua tempat lukisan itu berada, rentan terhadap perubahan lingkungan.
"Kondisi lingkungan sekarang jadi tantangan. Perubahan kondisi lingkungan ini tentu berakibat pada penurunan kualitas gambar. Usia juga menurunkan kualitas. Namun perubahan lingkungan membuat penurunannya signifikan," ujarnya saat dihubungi, Jumat (10/10).
Ia mengatakan, seni cadas yang berusia tua semacam ini banyak ditemukan di goa-goa pegunungan karst di Indonesia. Selain berbentuk tangan, biasanya lukisan akan berbentuk binatang.
"Di gua itu kan tempat tinggal dan berkarya manusia saat itu, pada masa menjadi pemburu dan peramu. Jadi lukisan yang ditemukan di setiap daerah akan berbeda. Biasanya binatang yang ditemui atau diburu yang dilukis," katanya.
Lokasi gua di Sulawesi, ungkap Pindi, berbeda dengan gua di pegunungan karst di Kalimantan. Gua yang berada di Sulawesi sangat dekat dengan aktivitas warga, sedangkan di Kalimantan, sebaliknya. Dengan demikian, gua di Kalimantan tak akan terpengaruhi perubahan lingkungan karena jauh dari aktivitas warga.
"Tapi kondisi lain bisa berpengaruh, seperti kebakaran hutan dan lainnya," kata Pindi.
Keberadaan situs tempat lukisan dinding tertua sangat penting dari nilai-nilai arkeologis. Pemerintah yang memiliki kepentingan diharapkan bisa bekerja sama dengan penduduk dan pabrik di sekitar untuk menjaga kondisi lingkungan yang baik.
Seperti diketahui, lukisan di Leang Timpuseng, kawasan karst Maros, Sulawesi, dinobatkan sebagai seni cadas tertua di dunia. Usia lukisan tersebut diketahui melalui penelitian hasil kerja sama Pusat Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Makassar, Balai Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) Makassar, University of Wollongong, dan Universitas Griffith sepanjang tahun 2011-2013.
Kondisi itu, menurut pakar karst ITB Dr. Pindi Setiawan, tentu saja akan mengancam kelestarian situs arkeologi tersebut. Menurut dia, penduduk setempat sudah lama mengetahui keberadaan lukisan stensil tangan tersebut.
Untuk melindunginya, menurut Pindi, situs yang sudah jadi cagar budaya itu, akan diberi tanda dan dijaga oleh juru pelihara dari penduduk sekitar.
Namun demikian, masih tetap ada kendala yang harus dihadapi dalam menjaga kelestarian lukisan stensil tangan tertua di dunia itu, yakni perubahan lingkungan. Apalagi, gua-gua tempat lukisan itu berada, rentan terhadap perubahan lingkungan.
"Kondisi lingkungan sekarang jadi tantangan. Perubahan kondisi lingkungan ini tentu berakibat pada penurunan kualitas gambar. Usia juga menurunkan kualitas. Namun perubahan lingkungan membuat penurunannya signifikan," ujarnya saat dihubungi, Jumat (10/10).
Ia mengatakan, seni cadas yang berusia tua semacam ini banyak ditemukan di goa-goa pegunungan karst di Indonesia. Selain berbentuk tangan, biasanya lukisan akan berbentuk binatang.
"Di gua itu kan tempat tinggal dan berkarya manusia saat itu, pada masa menjadi pemburu dan peramu. Jadi lukisan yang ditemukan di setiap daerah akan berbeda. Biasanya binatang yang ditemui atau diburu yang dilukis," katanya.
Lokasi gua di Sulawesi, ungkap Pindi, berbeda dengan gua di pegunungan karst di Kalimantan. Gua yang berada di Sulawesi sangat dekat dengan aktivitas warga, sedangkan di Kalimantan, sebaliknya. Dengan demikian, gua di Kalimantan tak akan terpengaruhi perubahan lingkungan karena jauh dari aktivitas warga.
"Tapi kondisi lain bisa berpengaruh, seperti kebakaran hutan dan lainnya," kata Pindi.
Keberadaan situs tempat lukisan dinding tertua sangat penting dari nilai-nilai arkeologis. Pemerintah yang memiliki kepentingan diharapkan bisa bekerja sama dengan penduduk dan pabrik di sekitar untuk menjaga kondisi lingkungan yang baik.
Seperti diketahui, lukisan di Leang Timpuseng, kawasan karst Maros, Sulawesi, dinobatkan sebagai seni cadas tertua di dunia. Usia lukisan tersebut diketahui melalui penelitian hasil kerja sama Pusat Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Makassar, Balai Peninggalan Cagar Budaya (BPCB) Makassar, University of Wollongong, dan Universitas Griffith sepanjang tahun 2011-2013.
(Puji Utami, Kompas.com)
No comments:
Post a Comment