Monday, October 13, 2014

Hasil Riset Awal Mari, Situs Batunaga Peninggalan Jaman Megalitikum

         Hasil Riset Awal Mari, Situs Batunaga Peninggalan Jaman Megalitikum


NURYAMAN/"PRLM"
NURYAMAN/"PRLM"
KETUA Masyarakat Arkeologi Indonesia (Mari) Dr Ali Akbar di Situs Batunaga di puncak Gunung Pojoktiga, Kuningan.*
KUNINGAN, (PRLM).-Ketua Masyarakat Arkeologi Indonesia (Mari) Dr Ali Akbar, mengungkapkan hasil riset awal pihaknya atas keberadaan Situs Batunaga di puncak Gunung Pojoktiga.
Dia meyakini situs yang berlokasi di sekitar garis perbatasan wilayah Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat, dengan Kabupaten Cilacap dan Brebes, Provinsi Jawa Tengah itu, merupakan situs yang besar peninggalan budaya megalitikum, tetapi hingga saat ini jejak megalitikum itu belum terungkap melalui penelitian arkeologi.
Ali Akbar menuturkan, keberadaan berikut artefak di situs tersebut sangat unik dan menarik pihaknya untuk diungkap melalui penelitian arkeologi. Sebagai penjajagan menuju langkah penenilitian itu, sejak awal tahun 2013, Ali Akbar bersama anggota Mari juga telah telah melakukan beberapa langkah penelitian.
Seperti di antaranya, dengan melihat langsung dan menelusuri area lokasi situs itu berada. Satu kali di antaranya, pada November 2013 bersama Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Kuningan.
Selain itu, menurut Ali, dalam beberapa bulan terakhir pihaknya juga telah menelusuri serta menghimpun informasi terkait situs tersebut ke sejumlah lembaga terkait.
Di antaranya ke Balai Arkeologi Bandung, Bandung, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Serang, hingga ke Balar Jogjakarta di Jawa Tengah.
"Dari hasil penelusuran itu, kami mendapat informasi bahwa situs di Gunung Pojoktiga yang sementara ini kita sebut Situs Batunaga pernah diteliti Balar Jogjakarta pada tahun 1985. Namun, baru bersifat kegiatan survei dan tidak ditindaklajuti langkah penelitian arkeologi yang spesifik," kata Ali Akbar kepada Pikiran Rakyat melalui kontak telefon, Kamis (15/5/2014).
Berdasarkan hasil penelusuran informasi pihaknya itu, Ali Akbar, menuturkan, bahwa pada tahun 1978 Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, mencatat adanya temuan guci dan batu berpahat di puncak Gunung Pojoktiga. Kemudian Depdikbud Brebes melaporkan itu ke Balar Jogjakarta.
Di balik itu, pada tahun 1978 Balar Jogjakarta juga sempat mengadakan kegiatan projek penelitian purbakala berupa survei arkeologi klasik, ke lokasi situs Gunungkuta di Dusun Lebakwangi, Desa Gunungtajem, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes.
Situs Gunungkuta itu, berada pada ketinggian sekitar 1.019 meter di atas permukaan laut dalam rangkaian pegunungan sebelah timur Gunung Pojoktiga.
"Di situs Gunungkuta, saat iru mereka menemukan bangunan berupa punden berundak. Temuan tersebut kemudian ditindaklajuti Balar Jogjakarta dengan melakukan langkah penelitian arkeologi fokus ke situs Gunungkuta," katanya.
Penelitian itu dilakukan pada tanggal 15 sampai dengan 29 Juli 1985, sampai disertai dengan melakukan eskapasi.
Dari hasil eskapasi di Gunungkuta itu, Balar Jogjakarta menemukan bangunan berupa tumpukan batu.
"Dilihat dari foto-foto dokumentasi kegiatan eskavasinya, bentuk susunan batu yang mereka temukan di Gunungkuta itu mirip dengan bentuk susunan bangunan batu yang tempo hari kami temukan di area situs Batunaga," ujar Aki Akbar.
Ia menambahkan pada saat melakukan penelitian di Gunungkuta itu, tim Balar Jogjakarta juga sempat mampir dan mencatat beberapa objek ke lokasi situs Batunaga.
Dalam kunjungan ke Batugana, tim dari Balar Jogjakarta itu, sempat juga mencatat beberapa rupa gambar yang terpahatkan pada batu menhir yang sementara ini disebut batunaga itu.
"Akan tetapi, di Batunaga mereka tidak sampai melakukan eskavasi, kecuali hanya mereka lakukan di situs Gunungkuta. Artinya berdasarkan hasil riset kami terhadap laporan dan data-data penelitian yang terkait keberadaan situs Batunaga, bahwa sampai sekarang di Batunaga belum ada penelitian arkeologi yang disertai eskavasi," kata Ali Akbar.
Menyinggung kembali pasil penelitian Balar Jogjakarta di situs Gunungkuta, Ali Akbar menilai, pembuatan dan penggunaannya terkait erat dengan situs Batunaga.
"Kalau saya perhatikan dari foto-fotonya, di sutus Gunungkuta itu ada punden berundak terdiri atas empat teras. Loaksi situs itu berada di ketinggian 1.019 mdpl. Sementara situs Batunaga ada di ketinggian sekitar 1.347 mdpl. Dan, puncak Gunung Pojoktiga tempat situs Batunaga berada, dalam deretan pegunungan di sekitar itu merupakan puncak tertingginya," kata Ali Akbar.
Dia memperkirakan Situs Batunaga merupakan puncak dari sebuah area situs yang besar, terdiri dari beberapa punden tersusun dari berbagai arah jalur naik ke puncak itu.
"Misalnya dari Brebes melalui Desa Gunungtajem, lalu dari Kuningan melalui Dusun Banjaran, Desa Jabranti, Kecamatan Karangkancana. Bisa jadi dari Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah juga ada jalur naik melintasi punden-punden sebagai tahapan menuju Batunaga," katanya.
Ali menyebutkan, pada saat mendaki ke Puncak Gunung Pojoktiga dari Dusun Banjaran, dirinya sempat menemukan juga beberapa bentuk susunan batu menyerupai punden diperkirakan hasil karya budaya megalitikum satu masa dengan situs Batunaga.
Menyikapi hasil riset pihaknya dari sejumlah temuan di Gunung Pojoktiga serta data-data hasil penelitian Balar Jojgjakarta tersebut, Ali Akbar yang juga dosen jurusan arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia itu, menyatakan pihaknya semakin tertarik untuk melanjutkan penelitian arkeologi terhadap situs Batunaga tersebut.
Sebagaimana pernah beberapa kali diberitakan "PR", di puncak Gunung Pojoktilu atau nama resmi dalam peta disebut Gunung Pojoktiga, terdapat menhir berukirkan gambar naga serta beberapa rupa gambar ukiran lainnya, berikut beberapa titik aneka rupa bangunan batu tersusun.
Tim Arkeologi dari Mari dipimpin Ali Akbar, memastikan ukiran gambar serta bangunan-bangunan dari susunan batu di puncak gunung tersebut merupakan peninggalan budaya megalitikum.(Nuryaman/A-89)***


Sumber:
http://www.pikiran-rakyat.com/node/281540

1 comment:

  1. kebudayaan sunda sudah sangat tua bahkan tertua di dunia kalau di jawa tengah baru muncul kebudayaannya sejak jaman hindu buda abad ktujuh masehi sebab dijwa tengah belum pernah ditemukan peradaban sebelum masehi seperti situs gn padang kalau candi hindu buda banyak tapi di jawabarat banyak sekali bangunan jauh sebelum hindu buda salah satunya situs gn padang dan yang lainnya tersebar dari mulai banten dan perbatasan jaawa tengah

    ReplyDelete