Friday, October 10, 2014

Karst Maros, Sulawesi Selatan

Karst Maros, Sulawesi Selatan

Nama ini mungkin belum familiar bagi para Sahabat Excellent. Padahal tempat ini merupakan karst terbesar dan terindah kedua yang ada di muka bumi setelah karst yang ada di Cina Selatan. Karst sendiri adalah sebuah bentuk permukaan bumi yang pada umumnya bercirikan dengan adany
Karst Maros, Sulawesi Selatan
a closed depression, drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk oleh pelarutan batuan yang kebanyakan mengandung batu gamping selama ribuan tahun. Atau yang lebih sederhananya, di kawasan ini banyak terdapat pegunungan batu gamping yang menjulang tinggi, bentuknya seperti menara atau tower yang berdiri sendiri maupun berkelompok membentuk gugusan hingga terlihat seperti hutan batu. Selain keindahan dari komplek “menara” karstnya, disini juga terdapat berbagai gua peninggalan jaman prasejarah serta terdapat pula gua terdalam dan juga gua terpanjang yang ada di Indonesia.

Karst Maros masuk kedalam kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung dibawah wewenang Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. Kawasan ini terletak di jalan poros antara Makassar dan Toraja. Kawasan karst sendiri mencakup dua kabupaten, yakni Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan atau yang biasa disebut dengan Pangkep, di  Provinsi Sulawesi Selatan. Taman nasional ini memiliki luas sekitar 43.750 hektar. Tapi untuk kawasan karstnya sendiri memiliki luas sekitar 20.000 hektar di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan. Bagaimana keindahannya, mari kita ikuti penelusuran tim Majalah Excellent berikut ini.

Hutan Batu dan Gua Prasejarah
Lokasi tepatnya Karst Maros ini terletak di desa Salengrang dusun Ramang-Ramang, Sulawesi Selatan. Untuk mencapai ke tempat ini bisa dicapai melalui jalur darat dari kota Makassar dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam. Selanjutnya untuk masuk ke kawasan hutan batu ini kita harus menggunakan perahu nelayan setempat bertarif 50 ribu untuk 6 orang. Menggunakan perahu ini kita akan menyusuri sungai yang melewati hutan bakau yang bersanding dengan pohon pandan yang tumbuh liar serta pohon-pohon palem. Ketika kita masuk lebih dalam lagi maka kita akan disuguhi oleh susunan tebing-tebing yang cadas serta akan melewati terowongan dari bongkahan batu cadas yang terbuat secara alami, yang pastinya akan membuat Anda terkesima.

Setelah sekitar 30 menit kita menyusuri sungai dengan perahu tibalah kita di kawasan hutan batu Karst Maros. Suguhan pertama, mata kita akan dimanjakan dengan hamparan sawah penduduk dengan gugusan “menara karst” yang menjulang tinggi, seakan-akan menjadi dinding raksasa yang memagari kawasan persawahan tersebut. Benar-benar pemandangan yang akan membuat kita terus berdecak kagum atas kebesaran Sang Pencipta, yang menciptakan alam sebegitu indah ini.

Pada kawasan ini terdapat juga beberapa rumah penduduk lokal. Gaya bangunan untuk rumah hunian dikawasan ini pun terbilang sederhana dengan menggunakan model rumah panggung kayu, yang dalam bahasa lokal disebut "Balla Kayu" ditambah dengan kearifan lokal khas Indonesia yang terkenal dengan keramahannya oleh para penduduknya semakin menambah kental kesan “back to nature” ketika kita berada disini. Dari sekian jajaran rumah yang ada, terdapat sebuah rumah yang dihuni oleh pengelola kawasan karst. Rumah ini juga difungsikan sebagai “front office” kawasan karst ini, disini setiap pengunjung dipersilahkan untuk mengisi buku tamu. Selain itu beberapa tahun belakangan ini pemerintah desa setempat juga telah menyiapkan sekitar 20 rumah penduduk yang disulap menjadi home stay bagi wisatawan maupun peneliti yang datang berkunjung di kawasan karst tersebut.

Bagi Anda para penggiat olahraga yang memacu adrenalin, disini banyak terdapat menara-menara karst yang setia menanti untuk dijamah Anda yang dalam melakukan kegiatan rock climbing. Selain itu bagi para pecinta caving disini terdapat lebih dari 268 gua yang telah tercatat oleh Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung untuk dijadikan spot telusur gua Anda. Tak hanya untuk kegiatan petualangan saja, gua-gua yang terletak di kawasan karst ini juga menyimpan banyak kekayaan arkeologi yang tak ternilai harganya.

Bicara tentang masalah arkeologi, kawasan ini juga merupakan salah satu situs prasejarah dunia. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) mencatat di kawasan Karst Maros Pangkep terdapat 64 gua prasejarah di wilayah Maros serta 38 gua prasejarah di wilayah Pangkep. Di antara ke 64 gua tersebut diantaranya adalah Gua Kasapao, gua yang didalamnya dapat kita jumpai lukisan-lukisan purbakala seperti cap tangan dan gambar babirusa yang terpampang di langit-langit gua. Lukisan tersebut berwarna merah dan hitam, ukuran telapak tangan yang tergambar pada lukisan-lukisan itu hampir seukuran dengan telapak tangan orang dewasa yang hidup di zaman sekarang. Konon lukisan-lukisan tersebut tidak bisa luntur meski terkena air karena lukisan-lukisan tersebut dibuat oleh manusia purba menggunakan ramuan khusus dari tanah dan getah tanaman

Selain itu Karst Maros juga menyimpan gua terpanjang di Indonesia bernama Gua Salukkan Kallang yang diperkirakan mencapai 27 km. Gua ini juga diyakini sebagai “The Mother of Underground River' di kawasan Karst Maros. Serta terdapat juga gua terdalam yang ada di Indonesia, Gua Leang Leaputte dengan kedalaman lubang vertikal hingga mencapai 260 meter.

Karst Maros bukan hanya menyajikan pemandangan dan bentang alamnya yang mempesona, tetapi juga menjadi tempat hidup berbagai jenis hewan. Karst Maros menjadi habitat berbagai satwa langka dan endemik (tidak bisa dijumpai ditempat lain), antara lain monyet hitam (Macaca maura) dan juga menjadi surga untuk 222 jenis spesies kupu-kupu, dimana 200 jenis teridentifikasi pada tingkat spesies, 5 jenis teridentifikasi pada tingkat sub famili, 13 jenis pada tingkat famili, dan 4 jenis pada tingkat super family. Alfred Russel Wallace, seorang naturalis asal Inggris bahkan sempat menjuluki kawasan ini sebagai “The Kingdom of Butterfly”. Julukan yang diberikan atas kelimpahan jenis kupu-kupu, karena selama kunjungannya disini pada tahun 1857, dilaporkan bahwa ia berhasil menemukan 256 spesies kupu-kupu.

Biota unik juga hidup di dalam gua di kawasan ini. Bahkan beberapa diantaranya teridentifikasi sebagai jenis satu-satunya yang ada di dunia. Misalnya krustasea yang merupakan golongan hewan yang mencakup jenis udang, kepiting dan lobster yang memiliki karapas dan kaki beruas-ruas. Ada juga kepiting gua laba-laba palsu atau cancrocaeca xenomorpha adalah krustasea unik di antara beragam jenis krustasea yang ada di kawasan ini. Seperti namanya, kepiting ini mirip laba-laba. Selain itu terdapat pula biota seperti ikan gua buta bertubuh transparan (Bostrycus sp.), kalajengking gua buta, udang gua yang buta dan bertubuh transparan (Cirolana marosina), kelelawar berhidung cabang (Nyctmene cephalotes), Kumbang buta dari jenis Coleoptera sp, dan beberapa hewan lainnya.
Yang terbaru ialah penemuan kepiting karstarma micropththalmus, merupakan spesies baru yang pertama kali dikenal dari gua di sekitar Karst Maros, Gua Marapettang. Kepiting yang pertama kali dikenalkan dalam marga Sesarmoides ini adalah salah satu spesies baru yang ditemukan di gua-gua di karst Maros.

Ancaman Terbesar
Kondisi bentang alam karst yang unik menjadikan kawasan ini memiliki nilai penting yang sangat tinggi. Nilai penting yang dimiliki kawasan Karst Maros tidak hanya sebatas nilai ilmiah dan sosial budaya, melainkan juga dari nilai ekonomi. Sehingga memancing atensi para perusahaan tambang terutama para perusahaan penghasil semen yang bahan dasarnya menggunakan batu kapur untuk menjamah daerah ini. Pertambangan kapur dapat menyebabkan rusaknya sungai-sungai bawah tanah yang mengalir di sekitar kawasan tersebut. Pertambangan kapur di kawasan karst Maros juga berpotensi mengancam hilangnya tutupan hutan yang menjadi habitat satwa-satwa endemik. Pertambangan di kawasan tersebut menjadi momok yang paling menakutkan bagi kelestarian kawasan ini.

Beruntung ada sedikit “perlawanan” dari komunitas lokal. Upaya perlawanan ini dilakukan atas kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan terhadap kawasan karst. Berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat selalu disertai dengan penanaman pohon, seperti pernikahan dan kenaikan jenjang pendidikan.

Namun meskipun upaya untuk menolak pertambangan kapur dan industri semen telah dilakukan oleh masyarakat, tetap saja alat-alat berat tersebut sedikit demi sedikit meremukkan bentang alam menara karst yang hanya ada di kawasan ini. Untuk itu butuh kesadaran semua pihak akan pentingnya kelestarian fungsi ekologi kawasan Karst Maros demi keberlanjutan hidup yang baik bagi anak cucu kita kelak.

Pertambangan bukan menjadi “hot item” untuk pemerintah mengisi kas pemasukan daerah, pemanfaatan jasa lingkungan menjadi solusi alternatif bagi peningkatan penerimaan daerah. Contoh negara tetangga kita Vietnam, yang menjual keindahan karst-nya sebagai sumber penerimaan utama negara bukan dengan cara menambang sumberdaya mineral di kawasan karst.


Sumber:

http://www.majalahexcellent.com/artikel/615/karst-maros,-sulawesi-selatan

No comments:

Post a Comment