Hasil Eskavasi Berhasil Buktikan Temuan Tim Riset Gunung Padang
Laporan: Yayan Sopyani Al HadiRMOL. Riset untuk meneliti Situs Gunung Padang yang dilakukan Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) sejak 2011 sudah melalui perjalanan panjang dan berliku‐liku. Bahkan penelitian ini sempat menuai pro dan kontra di sementara publik.
Akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 2014 dibentuk Tim Nasional untuk Pelestarian dan Pengelolaan Situs Gunung padang berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.225/P/2014 yang anggota penelitinya adalah TTRM ditambah para ahli dari berbagai institusi di seluruh Indonesia.
Kemudian berdasarkan perintah presiden kepada Kepala Staf Angkatan Darat dan penugasan dari Mendikbud dan Direktur Purbakala selaku Ketua Timnas kepada tim peneliti, maka dari tanggal 12 Agustus sampai dengan 2 Oktober 2014 dilakukan kegiatan penelitian bekerjasama dengan TNI‐AD dalam kerangka program karya bakti sosial untuk menunjang kegiatan penelitian, membantu masyarakat setempat serta merenovasi infrastruktur situs.
Kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk akselerasi riset dalam menuntaskan pembuktian temuan‐temuan baru TTRM dan persiapan pra‐pemugaran serta pengembangan kawasan, sesuai dengan amanat yang termuat dalam Keputusan Gubernur Jawa Barat dan juga isi pidatom pengarahan Presiden RI di Gunung Padang tanggal 27 Februari 2014. Selain itu, penelitian ini juga dimaksudkan sebagai penelitian awal yang hasilnya akan dijadikan masukan untuk Tim Nasional Gunung Padang sehingga dapat bergerak lebih cepat untuk membuat program kerja ke depan.
Atas ketekunan dan kerja keras para peneliti dan pasukan TNI kegiatan penelitian berjalan dengan baik, lancar, sangat efisien dan produktif, walaupun dengan peralatan dan dana mandir seadanya, hanya dalam waktu relatif singkat tim berhasil membuat kotak gali geologi‐arkeologi sebanyak 11 buah, termasuk bekas tebing longsor yang dibersihkan. Kotak gali geologi‐arkeologi ini ada di berbagai lokasi situs dan pemboran geologi di tiga lokasi yang di‐desain untuk membuktikan hasil penelitian TTRM.
Sementara untuk nama, lokasi eskavasi dinamakan Alpha, Beta‐1, Beta‐2, Charlie‐1, Charlie‐2, Charlie‐3, Charlie‐4 Delta, Echo‐1, Echo‐2, dan Fanta dengan kedalaman eskavasi dari 2 sampai 5m, kecuali Echo‐1 sampai 11m. Khusus Beta‐2 bukan kotak gali tapi muka tebing longsor yang dibersihkan sehingga dapat terlihat struktur lapisan tanah dan batuannya untuk dianalisa.
Sedangkan untuk lokasi pemboran dinamakan GP‐5 (di Teras 5), GP‐6 dan GP‐7 (di Teras 2) dengan kedalaman secara berurutan 35m, 22m, dan 22m; yang dilakukan untuk melengkapi data 4 lokasi pemboran sebelumnya (GP‐1, 2, 3, 4).
Hasil eskavasi dan pemboran pun berhasil membuktikan temuan‐temuan TTRM selama ini. Hasil pembersihan lereng‐lereng dari kerimbunan semak‐semak dan pepohonan liar yang kemudian dilanjutkan dengan pemotretan udara 3D dengan memakai pesawat drone, kamera Go‐Pro dan AGI Software dapat memperlihatkan bentuk bukit Gunung Padang yang secara nyata memperlihatkan sebagian terasering lapisan batu di badan bukit serta mengesankan keberadaan bangunan mirip piramida di bawah bukit. Kemudian, hasil penelitian kotak eskavasi berhasil membuktikan secara nyata dan tuntas tanpa keraguan keberadaan lapisan batuan artifisial atau bangunan yang tertimbun tanah di bawah situs megalitik di atas bukit dan juga di lereng‐lerengnya.
Pada kegiatan kali ini yang menjadi fokus pembuktian adalah Lapisan 2 yang hanya tertimbun tidak lebih dari 2‐3m di bawah tanah. Struktur bangunan ini terbukti ada dan melampar di bawah situs megalitik di atas bukit sampai ke lereng badan bukitnya. Orientasi batu‐batu kolomnya sangat teratur, kokoh dan rapih, nyaris sepintas seperti struktur "columnar joint alamiah (collonade).
Perbedaan tegas dengan yang alamiah adalah struktur columnar joint alamiah yang terbentuk ketika lava atau cairan magma membeku arah memanjang kolomnya selalu tegak lurus permukaan pendinginan (=bidang lapisan) dan hubungan antar bidang kolomnya saling mengunci (interlocking) dan rapat atau tanpa matrix, sedangkan di Gunung Padang arah kolomnya (hampir) sejajar bidang lapisan, antar bidang permukaan kolomnya tidak selalu saling mengunci dan selalu dipisahkan oleh matriks atau semen rata‐rat setebal 5‐10cm.
Disamping itu, bukti arkeologis dan arsitektur yang mendukung adalah ditemukan banyak artefak batu yang berfungsi sebagai pasak‐pasak atau atau kolom‐kolom batu yang sudah dipahat membentuk geometri untuk kuncian susunan batu, dan juga aspek‐aspek struktur artifisial bangunan. Ditemukan juga banyak artefak lain yang unik‐unik di permukaan Lapisan 2. Di bagian Teras 1 dan 5 terlihat orientasi struktur kolom batu tegak lurus dengan arah memanjang situs.
Di atas bukit batu‐batu kolom ini umumnya horisontal sedangkan di lereng barat dan timur membentuk sudut sekitar 10‐150 searah dengan kemiringan lerengnya. Di Teras 2 dan lereng timur di bawahnya batu‐batu kolom ini secara unik disusun membentuk
sudut sekitar 150 (sudut tajam menghadap utara). Tahap selanjutnya, perlu dilakukan eskavasi lebih extensif lagi untuk mengtahui arsitektur bangunan lebih detil dan komprehensif.
Dalam kegiatan ini sudah dilakukan usaha sistematis untuk meneliti keberadaan ruang‐ruang di bawah permukaan sudah mulai dilakukan. Hasilnya sudah mendapat titik terang tapi belum dapat dituntaskan karena kondisinya tidak lebih banyak. Untuk melanjutkannya dibutuhkan lebih banyak waktu, peralatan, data bawah permukaan dan eskavasi yang lebih ekstensif.
Demikian sebagian resume dari laporan riset sejak 12 Agustus 2011 sampai 2 Oktober 2014 yang disampaikan TTRM kepada redaksi (Selasa, 7/10). Total laporan riset ini setebal 75 halaman, yang sebagian besarnya sudah dipublikasikan. [ysa]
Sumber:
http://m.rmol.co/news.php?id=174936
No comments:
Post a Comment