Misteri Negara Atlantis mulai tersingkap ?
Oleh: Ahmad Y. Samantho*
(Peneliti dan Dosen di The Islamic College Jakarta – Universitas Paramadina)Dari Peradaban awal manusia di Atlantis (Nusantara) ke Plato lalu kembali Indonesia kini.
“Setiap umat mempunyai batas waktu
(ajal-nya), makakala ia telah tiba, maka mereka tidak akan bisa
mengundurkannya sesaat pun, tidak pula mereka bisa memajukannya.” (QS
7:34)

Fenomena-fenomena aneh dalam praktek kehidupan sosial dan sistem politik bangsa Indonesia saat
ini semakin memperlihatkan praktek dan perwujudan cara berfikir
(filsafat/pandangan dunia) yang jauh dari realisasi asasi nilai-nilai
luhur Panca Sila: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyaratan-perwakilan”. Jelasnya hampir semua (sebagian besar)
perilaku sosial-politik bangsa Indonesia kini didominasi kendali paham
pikir keserakahan materialistis. Prinsip falsafah Pancasilais:
”Ketuhanan Yang Maha Esa” dan ”Kemanusiaan yang adil dan beradab” telah
tergusur oleh falsafah ”Keuangan yang maha kuasa” dan ”Kebinatangan
yang zalim dan biadab”.

Praktek kehidupan sosial-politik dan
ekonomi anak bangsa tak lagi terpimpin oleh semangat kerakyatan yang
dipimpin oleh Hikmah-Kebijaksaan. Demokrasi masih menjadi sekedar
menjadi alat formal-prosedural pengumpul legitimasi untuk berkuasanya
para elite politik-ekonomi. Paling tidak itulah yang dirasakan oleh
beberapa pengamat dan tokoh-tokoh yang prihantin dengan kondisi bangsa
Indonesia saat ini.

Pada tahun 387 SM dia kembali ke Athena
dan mendirikan Academy, sebuah sekolah ilmu pengetahuan dan filsafat,
yang kemudian menjadi model buat universitas moderen. Murid yang paling
terkenal dari Academy tersebut adalah Aristoteles yang ajarannya punya
pengaruh yang hebat terhadap filsafat sampai saat ini.
Demi pemeliharaan Academy, banyak karya
Plato yang terselamatkan. Kebanyakan karya tulisnya berbentuk
surat-surat dan dialog-dialog, yang paling terkenal adalah Republic.
Karya tulisnya mencakup subjek yang terentang dari ilmu pengetahuan
sampai kepada kebahagiaan, dari politik hingga ilmu alam.
http://gunungtoba2014.blogspot.com
Dua dari dialognya, Timeaus and Critias, memuat satu-satunya referensi orsinil tentang pulau Atlantis (the island of Atlantis).
Plato menyatakan bahwa puluhan ribu
tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak,
menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan
sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua
yang hilang atau Atlantis.



Konteks Indonesia Secara Geologis dan Geografis
Menurut Prof. Dr. H. Priyatna Abdul
Rasyid, Ph.D. Direktur Kehormatan International Institute of Space Law
(IISL), Paris-Prancis: bukanlah suatu kebetulan ketika Indonesia pada
tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU No. 4
Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan
bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan
wilayah nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut
Internasional 1982. Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu
tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang
menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya
sekarang.
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang memben-tang
dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus
ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di
wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi
oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik.


Kata Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya
(Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu
merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan
alam, ilmu pengetahuan-teknologi, dan lain-lainnya. Plato menduga bahwa
letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia
bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh.Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang
berarti mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang
oleh ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo,
Einstein, dan Stephen Hawking.
Santos berbeda dengan Plato mengenai
lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat
terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es di
muka bumi mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah.
Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani
samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit
bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini
mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang
meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang
dahsyat. Santos, dengan mengutip teori para geolog, menamakannya sebagai
Heinrich Events, bencana katastrop yang berdampak global. Beberapa
artikel resume dari buku Aryso Santos ini dipublikasikan di situs
internetnya di http://www.atlan.org.
Menurut Santos, dalam usaha mengemukakan
pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan
dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar.
Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera
Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat
di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua
yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa
yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”
Priyatna mengatakan: ”Namun, ada beberapa
keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni
pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh
Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah
atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya
ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi,
Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah
atau sedang aktif kembali.”
Ketiga, soal semburan lumpur akibat
letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur.
Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan.
Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable
(tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus
di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang
menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada
kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari
masa yang lampau.
Menurut Priyatna, bahwa Indonesia adalah
wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat
kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan
internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia.
Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh
Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya.
Koran Republika, Sabtu, 18 Juni 2005 menulis bahwa para peneliti AS menyatakan bahwa Atlantis is
Indonesia. Hingga kini cerita tentang benua yang hilang ‘Atlantis’
masih terselimuti kabut misteri. Sebagian orang menganggap Atlantis cuma
dongeng belaka, meski tak kurang 5.000 buku soal Atlantis telah ditulis
oleh para pakar.
Bagi para arkeolog atau oceanografer
moderen, Atlantis tetap merupakan obyek menarik terutama soal teka-teki
di mana sebetulnya lokasi sang benua. Banyak ilmuwan menyebut benua
Atlantis terletak di Samudera Atlantik.
Sebagian arkeolog Amerika Serikat (AS)
bahkan meyakini benua Atlantis dulunya adalah sebuah pulau besar bernama
Sunda Land, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan
Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang
banjir besar seiring berakhirnya zaman es.
”Para peneliti AS ini menyatakan bahwa Atlantis is
Indonesia,” kata Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof
Umar Anggara Jenny, Jumat (17/6), di sela-sela rencana gelaran ‘International Symposium on The Dispersal of Austronesian and the Ethnogeneses of the People in Indonesia Archipelago, 28-30 Juni 2005.
Kata Umar, dalam dua dekade terakhir
memang diperoleh banyak temuan penting soal penyebaran dan asal usul
manusia. Salah satu temuan penting ini adalah hipotesa adanya sebuah
pulau besar sekali di Laut Cina Selatan yang tenggelam setelah zaman es.
Hipotesa itu, kata Umar, berdasarkan pada
kajian ilmiah seiring makin mutakhirnya pengetahuan tentang arkeologi
molekuler. Tema ini, lanjutnya, bahkan menjadi salah satu hal yang
diangkat dalam simposium internasional di Solo, 28-30 Juni 2005
Menurut Umar, salah satu pulau penting
yang tersisa dari benua Atlantis — jika memang benar — adalah Pulau
Natuna, Riau. Berdasarkan kajian biomolekuler, penduduk asli Natuna
diketahui memiliki gen yang mirip dengan bangsa Austronesia tertua.
Bangsa Austronesia diyakini memiliki
tingkat kebudayaan tinggi, seperti bayangan tentang bangsa Atlantis yang
disebut-sebut dalam mitos Plato. Ketika zaman es berakhir, yang
ditandai tenggelamnya ‘benua Atlantis’, bangsa Austronesia menyebar ke
berbagai penjuru.
Mereka lalu menciptakan keragaman budaya
dan bahasa pada masyarakat lokal yang disinggahinya dalam tempo cepat
yakni pada 3.500 sampai 5.000 tahun lampau. Kini rumpun Austronesia
menempati separuh muka bumi.
Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia
(IAAI), Harry Truman Simanjuntak, mengakui memang ada pendapat dari
sebagian pakar yang menyatakan bahwa benua Atlantis terletak di
Indonesia. Namun hal itu masih debatable.
Yang jelas, terang Harry, memang benar
ada sebuah daratan besar yang dahulu kala bernama Sunda Land. Luas
daratan itu kira-kira dua kali negara India. ”Benar, daratan itu hilang.
Dan kini tinggal Sumatra, Jawa atau Kalimantan,” terang Harry. Menurut
dia, sah-sah saja para ilmuwan mengatakan bahwa wilayah yang tenggelam
itu adalah benua Atlantis yang hilang, meski itu masih menjadi
perdebatan yang perlu diverifikasi secara ilmiah oleh berbagai pihak
yang berwenang (otoritatif), misalnya Badan Arkeologi Nasional RI.
Dominasi Austronesia
The biblical flood really did occur –
at the end of the last Ice Age. The Flood drowned for ever the huge
continetal shelf of Southeast Asia, and caused a population dispersal
which fertilized the Neolithic cultures of China, India, Mesopotamia,
Egypt and the eastern Mediterranean, thus creating the first
civilizations. The Polynesians did not come from China but from the
islands of Southeast Asia. The domestication of rice was not in China
but in the Malay Peninsula, 9,000 years ago. In this ground breaking new
book Stephen Oppenheimer reveals how evidence from oceanography,
archaeology, linguistics, genetics and folklore overwhelmingly suggests
that the lost ‘Eden’ – the cradle of civilization – was not in the
Middle East, as is usually supposed, but in the drowned continent of
Southeast Asia. ( Stephen Oppenheimer)
Menurut Umar Anggara Jenny, Austronesia
sebagai rumpun bahasa merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah
manusia. Rumpun ini memiliki sebaran yang paling luas, mencakup lebih
dari 1.200 bahasa yang tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau
Paskah di Timur. Bahasa tersebut kini dituturkan oleh lebih dari 300
juta orang.
”Pertanyaannya dari mana asal-usul
mereka? Mengapa sebarannya begitu meluas dan cepat yakni dalam 3500-5000
tahun yang lalu. Bagaimana cara adaptasinya sehingga memiliki keragaman
budaya yang tinggi,” tutur Umar.
Salah satu teori, menurut Harry Truman,
mengatakan penutur bahasa Austronesia berasal dari Sunda Land yang
tenggelam di akhir zaman es. Populasi yang sudah maju,
proto-Austronesia, menyebar hingga ke Asia daratan hingga ke
Mesopotamia, mempengaruhi penduduk lokal dan mengembangkan peradaban.

Peta
Penyebaran Umat Manusia pasca Ledakan Supervolcano Toba 75.000 tahun
yang lalu. Silahkan di-klik link-nya untuk melihat animasi lengkapnya
Konteks Indonesia secara Filosofis dan Spiritual

Menurut Plato suatu bangsa hanyalah akan
selamat hanya bila dipimpin oleh orang yang dipimpin oleh “kepala”-nya
(oleh akal sehat, ilmu pengetahuan dan hati nuraninya), dan bukan oleh
orang yang dipimpin oleh “otot dan dada” (arogansi), bukan pula oleh
“perut” (keserakahan), atau oleh “apa yang ada di bawah perut” (hawa
nafsu). Hanya para filosof, yang dipimpin oleh kepalanya, yaitu para
pecinta kebenaran dan kebijaksanaan-lah yang dapat memimpin dengan
selamat, dan bukan pula para sophis (para intelektual pelacur,
demagog) seperti orang kaya yang serakah (tipe Qarun, “manusia perut”
zaman Nabi Musa), atau tipe Bal’am (ulama-intelektual-penyihir yang
melacurkan ilmunya kepada tiran Fir’aun). Plato membagi jenis karakter
manusia menjadi 3: “manusia kepala” (para filosofof-cendikiawan-arif
bijaksana), “manusia otot dan dada” (militer), dan “manusia perut” (para
pedagang, bisnisman-konglomerat). Negara akan hancur dan kacau bila
diserahkan kepemimpinannya kepada “manusia otot-dada” atau “manusia
perut”, menurut Plato.
Dr. Jalaluddin Rakhmat menjelaskan dalam konteks terminologi agama mutakhir: Islam, istilah
Philosophia atau Sapientia, era Yunani itu identik dengan terminologi Hikmah dalam al-Qur’an. Istilah Hikmah terkait dengan Hukum
(hukum-hukum Tuhan Allah SWT yang tertuang dalam Kitab-Kitab Suci para
Nabi dan para Rasul Allah, utamanya Al-Qur’an al-Karim, dan Sunnah
Rasulullah terakhir Muhammad SAW, yang telah merangkum dan melengkapi
serta menyempurnakan ajaran dan hukum rangkaian para nabi dan rasul
Allah sebelumnya. Hukum yang berdasarkan dan bergandengan dengan Hikmah, bila ditegakkan oleh para Hakim dalam sebuah sistem Hukumah
(pemerintahan) inilah yang akan benar-benar dapat merealisasikan
prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah-kebijaksanaan
dalam permusyawaratan-perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Maka semakin jelaslah mengapa konsep
kepemimpinan berdasarkan Panca Sila itu terkait erat dengan konsep
kepemimpinan negara versi Plato, karena ia mengambilnya dari peradaban
tertua yang luhur dari peradaban umat manusia pertama (Adam As dan
keturunannya) yang mendapat hidayah dan ilmu langsung dari Tuhan YME:
Allah SWT. Dan entah benar atau tidak, lokasinya adalah di Nusantara
(Asia Tenggara).
Surga Atlantis, Yunani dan Indonesia
Plato mendapatkan ilham filsafat
politiknya serta informasi tentang peradaban dan perikehidupan bangsa
antik yang luhur Atlantis, dari Socrates gurunya, juga dari jalur
kakeknya yang bernama Critias. Di mana Critias mendapatkan berita
tentang Atlantis dari Solon yang mendapatkannya dari para pendeta
(ruhaniawan) di Mesir kuno.

Aryso Santos juga menemukan bahwa cerita
tentang Atlantis terkait dengan kisah para “dewa’ dalam mitologi Yunani
dan perikedupan manusia pertama, keluarganya dan masyarakat
keturunannya,. Cerita ini ada kemiripan dengan kisah Zeus dalam mitology
dan legenda Yunani, juga dengan kisah dalam kitab suci Hindu Rig Veda, Puranas, dll. “All
nations, of all times, believed in the existence of a Primordial
Paradise where Man originated and developed the fist civilization ever.
This story, real and true, is told in the Bible and in Hindu Holy Books
such a the Rig Veda, the Puranas and
many others. That this Paradise lay “towards the Orient” no one doubts,
excepting some die-hard scientists who stolidly hold that the different
civilizations developed independently from each other even in such
unlikely, late places such as Europe, the Americas or the middle of the
Atlantic Ocean. This, despite the very considerable contrary evidence
that has developed from essentially all fields of the human sciences,
particularly the anthropological ones. It is mainly on those that we
base our arguments in favor of the reality of a pristine source of human
civilization traditionally called Atlantis or Eden, etc.” tulis Aryso Santos.
Yang cukup mengejutkan adalah bahwa
Peradaban kuno Atlantis, yang kemungkinan adalah peradaban pertama umat
manusia, justru sudah beradab (civilized) dan punya kemampuan sains dan
teknologi, dan sistem kemasyarakatan dan ketatanegaraan ideal yang cukup
maju yang tak terbayangkan oleh kita sekarang itu dapat terjadi 11.600
tahun yang lalu. Dari sudut pandang umat Islam, hal ini tidaklah
mengherankan, karena Nabi Adam, sebagai manusia (kalifatullah) pertama
telah diajari Allah semua ilmu pengetahuan tentang nama-nama (QS 2 : 30)
Sebuah bangsa kepulauan, yang menurut
anggapan Plato berlokasi di tengah Samudra Atlantik, dihuni oleh suatu
ras manusia yang mulia dan sangat kuat (noble and powerfull).
Rakyat tanah air tersebut sangat makmur sejahtera yang sangat bersyukur
atas segala karunia sumber daya alam yang diketemukan di seantero
kepulauan mereka. Kepulauan itu adalah sebuah pusat perdagangan dan
kegiatan komersial. Pemerintahan negeri itu memperjalankan para
penduduknya untuk memperdagankan hasil buminya sampai ke Afrika dan
Eropa
Negara Atlantis.
Pada puncak tengah bukit, untuk
menghormati Poseidon, sebuah bangunan candi, kuil atau istana dibangun
yang menempatkan sebuah patung emas raksasa dari Poseidon yang
mengendarai sebuat kereta yang ditarik kuda terbang. Di sinilah para
penguasa Atlantis biasa mendiskusikan hukum, menentapkan keputusan dan
memberi penghormatan kepada Poseidon.
Untuk memfasilitasi perjalanan dan
perdagangan, sebuah kanal (saluran) air dibuat memotong cincin-cincin
kanal air yang melingkari wilayah, sehingga terbentuk jalan air
sepanjang 9 km ke arah selatan menuju laut.
Kota Atlantis menduduki tempat pada
wilayah luar lingkaran cincin air, menyebar di sepanjang dataran
melingkar sepanjang 17 km. Inilah tempat yang padat penduduk di mana
mayoritas pendudukanya tinggal.

Mengitari dataran di sebelah utaranya ada
pengunungan yang menjulang tinggi ke langit. Pedesaaan, danau-danau dan
sungai dan meadow menandai titik-titik pengunungan.
Disamping hasil panenan, kepulauan besar
tersebut menyediakan semua jenis tanaman herbal, buah-buahan dan
kacang-kacangan, dan sejumlah hewan termasuk gajah, yang memenuhi
kepulauan.

Segera, dalam sebuah bencana besar mereka lenyap. Kepulauan Atlantis, penduduknya, dan ingatan-ingatanya musnah tersapu lautan.
Ringkasan cerita yang dikisahkan Plato ini sekitar tahun 360 SM dalam dialognya Timaeus and Critias.
Karya tulis Plato ini adalah satu-satunya referensi yang diketahui
mengenai Atlantis. Ini telah menimbulkan kontroversi dan perdebatan
lebih dari 2 ribu tahun lamanya.
Replika Situs Atlantis telah diketemukan di Sumatra ?
Beberapa orang yang penulis temukan
secara tak sengaja, antara Maret-Mei tahun ini telah mengaku menemukan
jejak-jejak situs yang diduga kemungkinan besar adalah replika situs
Atlantis. Menurut pengakuan mereka, mereka terdorong oleh ilham dan
mimpi serta cerita-cerita tambo, mitos dan legenda yang diwarisi dari
leluhur mereka tentang cerita istana Dhamna yang hilang di tengah pulau
Sumatra, di sekitar perbatasan Propinsi Sumatra Barat, Jambi dan Riau.

Lebih lanjut silahkan baca makalah pimpinan team ekspedisi Kandis itu di : https://ahmadsamantho.wordpress.com/2009/06/22/kerajaan-kandis-“atlantis-nusantara”/

Inilah yang mungkin masih menjadi
pertanyaan tersirat ES Ito yang menulis novel Negara Kelima.
Bagaimanakah revolusi menuju negara ke lima itu mendapatkan jalannya?


Tato Sugiarto menjelaskan: Wayang Purwo
warisan Wali Songo adalah “tontonan dan tuntunan” adiluhung yang cocok
dengan semua agama. Tampil sebagai seni budaya yang sarat dengan muatan
aneka ilmu pengetahuan.
Kresna Gugah = Kebangkitan Imam Mahdi ???
Kresna
Dalam ungkapan seorang aktifis urban
sufism di Jakarta, Rani Angraini, “karena di sinilah peradaban luhur
pertama umat manusia berawal, maka di sini pula peradaban umat manusia
bangkit kembali dan berakhir di penghujung zaman.” Wallahu ‘Alam bi shawab.
RELATED ARTICLES & REFERENCES:
http://en.wikipedia.org/wiki/Root_race#The_civilization_of_Atlantishttp://en.wikipedia.org/wiki/Maitreya_%28Theosophy%29
Sumber:
https://ahmadsamantho.wordpress.com/2009/05/23/misteri-negara-atlantis-mulai-tersingkap/
No comments:
Post a Comment