Kisah Penemu Pithecanthropus Erectus
Eugène Dubois Pernah Bekerja di Padang & Payakumbuh
Inioke.com , Kamis, 20
Februari 2014 12:33 wib
Dubois dan istrinya Anna Lojenga pada
tahun 1887 tak lama sebelum perjalanan mereka ke Hindia Belanda
(nl.wikipedia.org)
Pithecantropus erectus adalah nama yang tidak asing lagi bagi orang
Indonesia, karena dalam buku-buku pelajaran sejarah sejak tingkatan pertama
hingga menengah nama itu senantiasa muncul. Anda tahu siapa penemu Pithecantropus
erectus?Fosil manusia purba tertua di Indonesia ini ditemukan dan diberi nama ilmiah pertama kali oleh Eugène Dubois, seorang ahli berkebangsaan Belanda. Dia adalah pemimpin tim yang berhasil menemukan fosil tengkorak manusia purba itu di Trinil pada tahun 1891. Nama Pithecanthropus erectus sendiri berasal dari akar bahasa Yunani dan Latin yang memiliki arti ‘manusia-kera yang dapat berdiri’. Temuan Dubois ini merupakan manusia tertua yang diketahui. Temuan ini juga dijadikan rujukan untuk mendukung teori evolusi Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace.
Eugène Dubois adalah ahli anatomi berkebangsaan Belanda yang lahir di Eijsden, 28 Januari 1858. Dia belajar kedokteran dan lulus sebagai dokter pada tahun 1884. Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai dosen anatomi di Universitas Amsterdam. Namun, dia memutuskan berhenti sebagai dosen (keputusan yang dianggap ‘gila’ oleh banyak orang pada masa itu). Dia tidak menyukai pekerjaannya sebagai dosen anatomi, terutama tugas mengajar. Dia lalu pergi ke Hindia Belanda (Indonesia) untuk mencari fosil nenek moyang manusia. Dan, sebagai seorang Belanda, sebuah koloni Belanda seperti Indonesia adalah tempat yang nyaman baginya untuk tinggal dan bekerja.
Namun, Dubois tidak punya uang untuk membiayai perjalanannya ke Hindia Belanda. Untuk itu dia bergabung dengan Tentara Belanda sebagai petugas medis. Dengan cara itu dia tidak harus membayar 7 minggu perjalanan dengan kapal.
Dia, istrinya Anna Lojenga, serta bayi mereka tiba di Sumatra pada bulan Desember 1887. Dia dikirim untuk bekerja di rumah sakit di Padang, di pantai barat Sumatera. Dalam rangka untuk mengabdikan dirinya untuk usahanya mencari fosil, atas permintaannya sendiri pada tahun 1888 dia dipindahkan ke Payakumbuh, di pedalaman Sumatera. Ketika dia punya waktu luang dari tugas-tugas medis, dia mencari fosil.
Di Payakumbuh, Dubois menemukan daerah ini memiliki banyak spesies yang mengesankan: ada babi, badak, rusa, gajah, tapir, dan siamang. Hasil awal yang menjanjikan itu membuat pemerintah menugaskan dua insinyur dan 50 buruh paksa untuk membantunya dalam ekspedisi. Tetapi hasilnya mengecewakannya karena kondisi medan yang sulit. Daerah ini berhutan lebat tanpa jalan, curah hujan yang banyak; salah seorang insinyur dipindahkan karena ia tidak berguna dan yang lainnya tewas, dan banyak dari buruh yang lari atau terserang penyakit.
Beberapa fosil memang berhasil ditemukan, namun Dubois menyimpulkan bahwa fosil yang ditemukan di Sumatera itu relatif muda dan tidak jauh berbeda dari spesies yang hidup saat ini. Dubois kemudian memutuskan meninggalkan Sumatera. Dia menganggap prospeknya mungkin akan lebih baik di Jawa, dan dia membuat dirinya sendiri dipindahkan pada tahun 1890.
Anggapannya benar, di Jawa dia berhasil menemukan fosil Pithecantropus erectus. Dia kemudian menjadi terkenal. Namanya disebut-sebut sampai hari ini.
(nl.wikipedia.org/encyclopedia britannica/www.eugenedubois.eu)
- See more at:
http://www.inioke.com/Berita/7161-Eug-ne-Dubois-Pernah-Bekerja-di-Padang-Payakumbuh.html#sthash.qa9Co2uy.dpuf
Kisah Penemu Pithecanthropus Erectus
Eugène Dubois Pernah Bekerja di Padang & Payakumbuh
0
0
0
StumbleUpon0
Fosil manusia purba tertua di Indonesia ini ditemukan dan diberi nama ilmiah pertama kali oleh Eugène Dubois, seorang ahli berkebangsaan Belanda. Dia adalah pemimpin tim yang berhasil menemukan fosil tengkorak manusia purba itu di Trinil pada tahun 1891. Nama Pithecanthropus erectus sendiri berasal dari akar bahasa Yunani dan Latin yang memiliki arti ‘manusia-kera yang dapat berdiri’. Temuan Dubois ini merupakan manusia tertua yang diketahui. Temuan ini juga dijadikan rujukan untuk mendukung teori evolusi Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace.
Eugène Dubois adalah ahli anatomi berkebangsaan Belanda yang lahir di Eijsden, 28 Januari 1858. Dia belajar kedokteran dan lulus sebagai dokter pada tahun 1884. Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai dosen anatomi di Universitas Amsterdam. Namun, dia memutuskan berhenti sebagai dosen (keputusan yang dianggap ‘gila’ oleh banyak orang pada masa itu). Dia tidak menyukai pekerjaannya sebagai dosen anatomi, terutama tugas mengajar. Dia lalu pergi ke Hindia Belanda (Indonesia) untuk mencari fosil nenek moyang manusia. Dan, sebagai seorang Belanda, sebuah koloni Belanda seperti Indonesia adalah tempat yang nyaman baginya untuk tinggal dan bekerja.
Namun, Dubois tidak punya uang untuk membiayai perjalanannya ke Hindia Belanda. Untuk itu dia bergabung dengan Tentara Belanda sebagai petugas medis. Dengan cara itu dia tidak harus membayar 7 minggu perjalanan dengan kapal.
Dia, istrinya Anna Lojenga, serta bayi mereka tiba di Sumatra pada bulan Desember 1887. Dia dikirim untuk bekerja di rumah sakit di Padang, di pantai barat Sumatera. Dalam rangka untuk mengabdikan dirinya untuk usahanya mencari fosil, atas permintaannya sendiri pada tahun 1888 dia dipindahkan ke Payakumbuh, di pedalaman Sumatera. Ketika dia punya waktu luang dari tugas-tugas medis, dia mencari fosil.
Di Payakumbuh, Dubois menemukan daerah ini memiliki banyak spesies yang mengesankan: ada babi, badak, rusa, gajah, tapir, dan siamang. Hasil awal yang menjanjikan itu membuat pemerintah menugaskan dua insinyur dan 50 buruh paksa untuk membantunya dalam ekspedisi. Tetapi hasilnya mengecewakannya karena kondisi medan yang sulit. Daerah ini berhutan lebat tanpa jalan, curah hujan yang banyak; salah seorang insinyur dipindahkan karena ia tidak berguna dan yang lainnya tewas, dan banyak dari buruh yang lari atau terserang penyakit.
Beberapa fosil memang berhasil ditemukan, namun Dubois menyimpulkan bahwa fosil yang ditemukan di Sumatera itu relatif muda dan tidak jauh berbeda dari spesies yang hidup saat ini. Dubois kemudian memutuskan meninggalkan Sumatera. Dia menganggap prospeknya mungkin akan lebih baik di Jawa, dan dia membuat dirinya sendiri dipindahkan pada tahun 1890.
Anggapannya benar, di Jawa dia berhasil menemukan fosil Pithecantropus erectus. Dia kemudian menjadi terkenal. Namanya disebut-sebut sampai hari ini.
(nl.wikipedia.org/encyclopedia britannica/www.eugenedubois.eu)
- See more at: http://www.inioke.com/Berita/7161-Eug-ne-Dubois-Pernah-Bekerja-di-Padang-Payakumbuh.html#sthash.qa9Co2uy.dpuf
Dubois dan istrinya Anna Lojenga pada tahun 1887 tak lama sebelum perjalanan mereka ke Hindia Belanda (nl.wikipedia.org)
Pithecantropus erectus
adalah nama yang tidak asing lagi bagi orang Indonesia, karena dalam
buku-buku pelajaran sejarah sejak tingkatan pertama hingga menengah nama
itu senantiasa muncul. Anda tahu siapa penemu Pithecantropus erectus?Fosil manusia purba tertua di Indonesia ini ditemukan dan diberi nama ilmiah pertama kali oleh Eugène Dubois, seorang ahli berkebangsaan Belanda. Dia adalah pemimpin tim yang berhasil menemukan fosil tengkorak manusia purba itu di Trinil pada tahun 1891. Nama Pithecanthropus erectus sendiri berasal dari akar bahasa Yunani dan Latin yang memiliki arti ‘manusia-kera yang dapat berdiri’. Temuan Dubois ini merupakan manusia tertua yang diketahui. Temuan ini juga dijadikan rujukan untuk mendukung teori evolusi Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace.
Eugène Dubois adalah ahli anatomi berkebangsaan Belanda yang lahir di Eijsden, 28 Januari 1858. Dia belajar kedokteran dan lulus sebagai dokter pada tahun 1884. Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai dosen anatomi di Universitas Amsterdam. Namun, dia memutuskan berhenti sebagai dosen (keputusan yang dianggap ‘gila’ oleh banyak orang pada masa itu). Dia tidak menyukai pekerjaannya sebagai dosen anatomi, terutama tugas mengajar. Dia lalu pergi ke Hindia Belanda (Indonesia) untuk mencari fosil nenek moyang manusia. Dan, sebagai seorang Belanda, sebuah koloni Belanda seperti Indonesia adalah tempat yang nyaman baginya untuk tinggal dan bekerja.
Namun, Dubois tidak punya uang untuk membiayai perjalanannya ke Hindia Belanda. Untuk itu dia bergabung dengan Tentara Belanda sebagai petugas medis. Dengan cara itu dia tidak harus membayar 7 minggu perjalanan dengan kapal.
Dia, istrinya Anna Lojenga, serta bayi mereka tiba di Sumatra pada bulan Desember 1887. Dia dikirim untuk bekerja di rumah sakit di Padang, di pantai barat Sumatera. Dalam rangka untuk mengabdikan dirinya untuk usahanya mencari fosil, atas permintaannya sendiri pada tahun 1888 dia dipindahkan ke Payakumbuh, di pedalaman Sumatera. Ketika dia punya waktu luang dari tugas-tugas medis, dia mencari fosil.
Di Payakumbuh, Dubois menemukan daerah ini memiliki banyak spesies yang mengesankan: ada babi, badak, rusa, gajah, tapir, dan siamang. Hasil awal yang menjanjikan itu membuat pemerintah menugaskan dua insinyur dan 50 buruh paksa untuk membantunya dalam ekspedisi. Tetapi hasilnya mengecewakannya karena kondisi medan yang sulit. Daerah ini berhutan lebat tanpa jalan, curah hujan yang banyak; salah seorang insinyur dipindahkan karena ia tidak berguna dan yang lainnya tewas, dan banyak dari buruh yang lari atau terserang penyakit.
Beberapa fosil memang berhasil ditemukan, namun Dubois menyimpulkan bahwa fosil yang ditemukan di Sumatera itu relatif muda dan tidak jauh berbeda dari spesies yang hidup saat ini. Dubois kemudian memutuskan meninggalkan Sumatera. Dia menganggap prospeknya mungkin akan lebih baik di Jawa, dan dia membuat dirinya sendiri dipindahkan pada tahun 1890.
Anggapannya benar, di Jawa dia berhasil menemukan fosil Pithecantropus erectus. Dia kemudian menjadi terkenal. Namanya disebut-sebut sampai hari ini.
(nl.wikipedia.org/encyclopedia britannica/www.eugenedubois.eu)
No comments:
Post a Comment